Breaking News
Loading...

Inilah 5 Alasan Ibu Harus Produktif di Rumah

Share on Google Plus

Menjadi ibu adalah pekerjaan yang sangat mulia. Tidak semua wanita mempunyai kesempatan untuk menjadi seorang ibu. Oleh karena itu, berbahagialah wahai para ibu. Karena titelmu yang didapat dari proses panjang yang melelahkan itu (mengandung, melahirkan, menyusui) akan berbalas kebahagiaan di dunia (dapat berupa anak yang tumbuh sehat, pintar, berbakti dan sholeh) juga akan berbalas kelak di syurga (pahala yang banyak dan syurga) tentu ini berlaku bagi para ibu yang menjalankan perannya dengan ikhlas dan penuh kesabaran.
Dengan balasan yang luar biasa besar tersebut, seyogyanya para ibu berbangga dengan statusnya sebagai seorang ibu, meski hanya berkutat di rumah saja. Keputusan untuk tetap tinggal di rumah untuk focus kepada urusan rumah dan memenuhi kebutuhan penghuni rumah rupanya tidak dilakukan oleh semua ibu di dunia ini. Banyak juga ibu-ibu di belahan bumi sana yang memilih berkarir demi eksistensinya atau karena tuntutan ekonomi. Apapun pilihanmu, wahai ibu, tetaplah pada koridormu, menjadi sebaik-baik wanita bagi penghuni rumah, semoga jerih payahmu menjalankan begitu banyak aktifitas dibalas pahala yang berlipat ganda oleh-Nya.
Anyway, bagi ibu-ibu yang memang melakoni pekerjaan ganda (jadi ibu dan wanita karir) maka produktifitas tentu menjadi suatu hal yang wajar adanya. Dimana di luar rumah tuntutan pekerjaan sudah membuat ibu harus bisa bekerja secara professional. Namun, diingatkan kembali untuk tidak abai terhadap urusan domestic ya mom. Nah, tantangannya memang tidaklah mudah untuk memprofesionalkan urusan domestic yang memang tidak ada bosnya kecuali Anda sendiri. Bekerja di rumah dengan segudang pekerjaan yang berada di bawah kendali kita bila tidak dilakukan atau diatur sedemikian rupa, tentu kelalaian demi kelalaian tidak bisa dipungkiri bisa terjadi. Apalagi bila kita sudah hidup terpisah dari orang tua. Manajemen rumah harus kita atur sendiri tanpa ada campur tangan orang lain, tanpa ada yang protes atau menuntut pekerjaan tuntas dalam waktu tertentu. Terkecuali bagi ibu-ibu yang punya pasangan perfeksionis yang tidak bisa melihat rumah berantakan atau urusan rumah yang tidak sesuai keinginannya, itu lain cerita. Maka tak jarang banyak ibu-ibu bekerja yang sudah kelelahan bekerja di luar sehingga sampai rumah tak ada daya lagi untuk mengurusi urusan domestic. Tapi tak hanya ibu bekerja, kelalaian juga kerap dijumpai bagi ibu yang full mom di rumah. Pasalnya, bila kita tidak terbiasa dengan pekerjaan rumah, maka rumah akan selalu berantakan atau ia tak bisa hidup tanpa pembantu yang membantu membereskan segalanya.
Lalu sebelum beranjak lebih jauh, mari kita kepoin apa itu produktifitas yang ingin kita bahas mendalam bagi ibu yang punya urusan seabrek di rumah. Sejatinya sesuatu dikatakan produktif setidaknya memiliki beberapa indicator: apabila kegiatan yang kita kerjakan menghasilkan suatu produk tertentu – misalnya ibu senang memasak, maka bila hari ini ibu memasak masakan maka ibu sudah dikatakan produktif karena sudah menghasilkan produk berupa masakan, lalu bisa juga dikatakan produktif apabila suatu kegiatan berpindah atau berubah dari kondisi A menuju kondisi B dimana kondisi yang dituju harus lebih baik dari kondisi semula – misalnya ibu memang senang memasak, namun bila masakannya itu-itu saja, maka tidak ada perubahan yang terjadi, maka ibu bisa dikatakan produktif apabila ibu senang bereksperimen mencari menu-menu masakan baru sehingga keahlian ibu dalam memasak semakin baik, yang ketiga, dikatakan produktif apabila kegiatan yang dilakukan bernilai ekonomi, misalnya disaat ibu sudah merasa mahir memasak kemudian masakan ibu dijual dan laku pembeli, maka saat itu kegiatan ibu bernilai produktif. Pastinya produktif memerlukan energy yang dikeluarkan, maka bermalas-malasan bukanlah kategori seorang ibu yang produktif, karena tidak perlu banyak energy yang dikeluarkan oleh seseorang yang malas melakukan apapun. Pastinya produktif juga bisa ditandai dengan dampak yang terjadi setelah kegiatan tersebut dilakukan oleh lingkungannya, misalnya dengan ibu meningkatkan keahlian memasaknya, maka penghuni rumah merasa senang dan betah di rumah karena masakan yang disugukan selalu dirindukan.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa, kegiatan ibu di rumah yang buanyak dan seabrek-abrek itu bisa menjadi aktifitas yang produktif bila diberi nilai tambah yang positif padanya. Seperti yang sudah dicontohkan di atas, maka bisa dibilang setiap ibu bisa produktif asal punya kemauan dan tekad kuat untuk mencapainya.
Diharapkan dengan produktifitas ibu di rumah akan menambah kekecean ibu karena di sayang oleh seluruh penghuni rumah, bisa mendidik anak dengan baik, dapat menyenangkan hati suami, membahagiakan seluruh penghuni rumah dan tentunya terus berprestasi dengan tetap menghasilkan karya, produk atau berpenghasilan dari rumah.
Nah, disinilah pentingnya kenapa sih para ibu harus produktif meski hanya berkutat dengan pekerjaan rumah. Poin-poin yang kemudian akan dikemukakan semoga membuka mata hati dan pikiran para ibu sehingga tidak ada excuse untuk ibu tidak produktif.
1.       Pertanggung-jawaban atas segala perbuatan
Sebagai seorang muslim kita pasti beriman kepada hari akhir. Hari dimana semua perbuatan kita harus dipertanggung-jawabkan dihadapan-Nya. Dengan membulatnya keyakinan kita terhadap hal tersebut, maka pantaslah bila ibu-ibu yang beriman akan senantiasa melakukan hal-hal positif dan berhati-hati dengan kegiatan dan hal-hal negative dan syubhat. Maka tidak heran bila banyak ibu-ibu yang sukses dengan karirnya baik di rumah maupun di luar rumah karena keyakinannya ini sehingga ia akan melakukan tugasnya dengan sebaik mungkin, seprofesional mungkin dan seproduktif mungkin. Sehingga tak heran bila kita mendapati keluarga yang harmonis, anak-anak yang sukses, pengaturan kegiatan rumah tangga yang apik dilakoni oleh para ibu-ibu ini. Mari kita tiru kejayaan ibu-ibu yang sukses mengatur aktifitasnya sedemikian rupa sehingga tidak ada waktu yang tersia, umur yang terbuang atau pengorbanan yang tiada berarti kelak di akhirat.

2.       Produktif = sehat
Bila kita produktif, tentu akan terbentuk sinergi yang baik antara gerakan tubuh, pemanfaatan pikiran dengan aktifitas yang akan dijalankan. Maka tubuh yang aktif bergerak akan membuat otot-ototnya tidak kaku dan tidak mudah terserang penyakit. Banyak kasus orang yang malas bergerak kemudian tak lama ia menderita penyakit-penyakit serius seperti diabetes, nyeri tulang dan sendi, atau bahkan kebuntuan (kepikunan) pada pikiran karena jarang dilatih untuk memikirkan hal-hal berguna. Maka produktif sangat membantu anda dalam menjaga kesehatan tubuh. Contohnya saja ketika kita gunakan pikiran kita untuk produktif membaca buku atau menghafalkan al-qur’an, maka otak kita akan terhindar dari degenerasi sel dan membantunya semakin mengasah ketajaman berpikir.

3.       Dampak positif bagi lingkungan
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa produktifitas kita dalam menjalankan kegiatan domestic bisa berdampak positif bagi penghuni rumah. Misalnya saja anak-anak akan meniru kebiasaan-kebiasaan baik yang kita bangun, suami menjadi semakin sayang pada kita karena keuletan dan keaktifan kita dalam menjalankan peran, sanak saudara memandang positif aktifitas yang kita lakukan bahkan mencontohnya. Sehingga kita tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tapi juga menginspirasi banyak orang di sekitar.

4.       Hidup terasa lebih hidup
Kegiatan yang monoton, kemalasan yang diperturutkan, kelalaian yang diulang-ulang hanya akan membuat kita bosan menjalani hidup. Karena sejatinya manusia diciptakan senang dengan hal-hal yang baru dan bersemangat untuk menaikan level kesulitannya. Seperti halnya bermain game, bila game itu terlalu mudah maka kita akan mudah merasa bosan, namun bila game tersebut memiliki tingkatan-tingkatan yang menantang tentu kita akan bersemangat untuk menyelesaikannya. Maka buatlah tantangan demi tantangan untuk meningkatkan produktifitas kita di rumah. Misalnya, biasanya hanya mengajarkan anak baca tulis, bila anak sudah bisa dan mahir tentu pekerjaan kita akan terasa selesai sampai di situ. Tapi bila kita naikan levelnya menjadi mengajarkan anak baca dan menghafal al-qur’an maka level kesulitannya akan bertambah dan kita akan semakin tertantang untuk menghadapinya.

5.       Kestabilan ekonomi keluarga
Saya meletakan poin ini di urutan terakhir karena memang bukan ini tujuan utama seorang ibu. Tapi tidak ada salahnya bila ibu bisa meningkatkan level produktifitas ibu menjadi menghasilkan uang saku sendiri. Karena bila itu bisa dilakukan tanpa melalaikan tugas utama, maka semoga uang tambahan yang ibu hasilkan dapat menjadi pendongkrak semangat ibu untuk lebih produktif lagi dan kebermanfaatannya bisa terasa bagi seluruh anggota keluarga.
Di akhir, saya senantiasa mengingatkan untuk memperbaharui terus niat kita dalam berproduktif. Niatkan semuanya karena Allah agar ambisi kita untuk menjadi ibu yang produktif tidak berujung kekecewaan bila hasil tidak sesuai harapan. Dan pertajam tawakal dan ketakwaan kita kepada Allah. Karena sejatinya apapun yang kita kerjakan di dunia ini hanyalah sebagai ajang pengumpulan bekal untuk kita bawa ke kehidupan abadi kelak. Jangan terlalu berambisi buta sehingga kita menjadi ibu yang mengenakan kacamata kuda ternyata tak sadar kita sudah melukai orang-orang yang kita sayangi dengan ambisi tersebut. Dan kembali tak letih diri ini mengingatkan untuk ingat juga dengan kebutuhan badan untuk istirahat. Karena sejatinya Allah pun telah menyediakan siang sebagai waktu bekerja dan malam untuk rehat. Tetap produktif dan semangat karena Allah ya bunda. =) 

[KE.07.04.2020@Home]

You Might Also Like

0 komentar

About me

Like us on Facebook